
- 5 hari lalu
Perkembangan pinjaman online di Indonesia Timur menunjukkan tren positif. Lebih dari 20 perusahaan fintech kini menargetkan wilayah ini dengan prospek menjanjikan.
Pernahkah Anda membayangkan baterai yang hampir tidak kehilangan daya meski digunakan berulang kali? Para ilmuwan Australia baru saja mewujudkannya.
Sebuah tim peneliti dari Universitas Adelaide, Australia Selatan, telah mengembangkan elektroda kering inovatif untuk baterai akueous yang mampu menggandakan performa katoda iodine dan lithium-ion standar. Terobosan ini membuka jalan baru dalam penyimpanan energi berkelanjutan.
Teknik elektroda baru untuk baterai zinc-iodine ini dikembangkan karena potensinya sebagai kandidat penyimpanan energi skala besar. Baterai jenis ini menawarkan keamanan intrinsik, biaya rendah, dan ramah lingkungan.
Tim yang dipimpin oleh Profesor Shizhang Qiao, pakar nanoteknologi dan direktur Centre for Materials in Energy and Catalysis, mencampur bahan aktif sebagai bubuk kering dan menggulungnya menjadi elektroda tebal yang mandiri dengan performa dan stabilitas yang ditingkatkan.
"Kami menambahkan sejumlah kecil bahan kimia sederhana bernama 1,3,5-trioxane ke elektrolit," jelas Qiao. "Ini memicu pembentukan lapisan pelindung fleksibel pada permukaan zinc selama pengisian, secara efektif mencegah pertumbuhan dendrit yang bisa menyebabkan korsleting baterai."
Meskipun baterai zinc-iodine akueous dianggap lebih aman dan terjangkau untuk penyimpanan skala jaringan, sebelumnya masih kalah dari baterai lithium-ion dalam performa keseluruhan. Namun, terobosan ini berpotensi mengubah posisinya menjadi pesaing kuat.
"Teknik baru untuk persiapan elektroda menghasilkan muatan rekor tinggi sebesar 100 miligram bahan aktif per cm²," kata Han Wu, mahasiswa PhD dan peneliti di universitas tersebut.
Hasilnya sungguh mengesankan. Sel pouch yang dibuat dengan elektroda baru mempertahankan 88,6 persen kapasitasnya setelah 750 siklus pengisian, sementara sel koin mempertahankan hampir 99,8 persen setelah 500 siklus.
"Berkat muatan iodine tinggi dan antarmuka zinc yang stabil, baterai ini dapat menyimpan lebih banyak energi dengan bobot dan biaya yang lebih rendah," tambah Wu.
Apa yang membuat inovasi ini istimewa? Qiao menyebutkan beberapa keunggulan utama. Elektroda kering menampung jauh lebih banyak bahan aktif dibandingkan versi konvensional yang diproses secara basah, yang biasanya hanya mencapai di bawah dua miliampere-jam per sentimeter persegi.
Selain itu, strukturnya yang padat mengurangi pengosongan diri dan kehilangan shuttle dengan membatasi kebocoran iodine ke dalam elektrolit. Yang paling penting, lapisan pelindung pada permukaan zinc mencegah pertumbuhan dendrit dan memperpanjang umur siklus.
"Teknologi baru ini akan menguntungkan penyedia penyimpanan energi, terutama untuk integrasi energi terbarukan dan penyeimbangan jaringan, yang akan mendapatkan baterai berbiaya lebih rendah, lebih aman, dan tahan lama," jelas Qiao.
Memandang ke depan, para ilmuwan berencana mengembangkan teknologi ini lebih jauh. Mereka yakin dapat menskalakan produksinya menggunakan manufaktur reel-to-reel, teknik umum dalam produksi baterai industri.
"Dengan mengoptimalkan pengumpul arus yang lebih ringan dan mengurangi kelebihan elektrolit, kepadatan energi sistem secara keseluruhan dapat digandakan dari sekitar 45 watt-jam per kilogram menjadi sekitar 90 watt-jam per kilogram," pungkas Qiao.
Selanjutnya, mereka berencana menguji kinerja kimia halogen lainnya, seperti sistem bromin, menggunakan pendekatan proses kering yang sama.