
- 4 hari lalu
Dengan suspensi hidraulik, motor 1000W, dan fitur parkir di tanjakan, Xiaomi 5 Max siap jadi solusi mobilitas modern di perkotaan.
Indonesia Timur muncul sebagai pasar yang menjanjikan bagi industri pinjaman online (P2P lending). Data terbaru menunjukkan beberapa provinsi di wilayah ini mencatat pertumbuhan pinjaman tertinggi, dengan tingkat gagal bayar yang lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional.
Entjik S. Djafar, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), mengungkapkan bahwa lebih dari 20 perusahaan P2P lending kini menargetkan pasar Indonesia Timur. Jumlah ini mendekati seperempat dari total 96 perusahaan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Cukup banyak pindar [pinjaman daring] yang sudah masuk di area Indonesia Timur, lebih dari 20 platform. Market unbanked dan underserve di Indonesia Timur sangat besar di mana pindar menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk memperoleh pendanaan, di mana prosesnya lebih cepat," kata Entjik seperti dikutip dari Bisnis.
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang pesat di wilayah ini berkorelasi dengan pertumbuhan signifikan penyaluran pinjaman P2P lending.
Pada periode Januari-April 2025, Maluku Utara mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 146,63% year-on-year (YoY) dengan TWP90 1,01%, diikuti oleh Maluku dengan pertumbuhan 97,47% YoY dan TWP90 1,01%.
Meskipun rasio gagal bayar di Indonesia Timur relatif lebih rendah dibanding rata-rata nasional, industri tetap perlu menjaga kualitas pinjaman. AFPI berencana meningkatkan literasi dan edukasi melalui acara Fintech Lending Days di Sorong, Papua, pada 9-10 Juli mendatang.
Secara keseluruhan, pertumbuhan pinjaman P2P lending nasional per April 2025 mencapai 29,01% YoY dengan TWP90 di level 2,93%. Perkembangan ini menunjukkan prospek yang menjanjikan untuk beberapa wilayah di Indonesia Timur dalam industri fintech P2P lending.