- 4 hari lalu
Xiaomi resmi luncurkan Redmi Pad 2 dan varian 4G dengan layar 11 inci, baterai 9000mAh, dan fitur lintas perangkat.
Dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mengandalkan kolaborasi lintas sektor dan inovasi teknologi sebagai pendekatan strategis.
Melalui program Innovillage, Telkom menggandeng mahasiswa, perguruan tinggi, dan masyarakat untuk merancang solusi digital terhadap isu-isu sosial yang mendesak, termasuk krisis pangan. Memasuki tahun kelima, program ini menempatkan ketahanan pangan sebagai fokus utama.
“Kami percaya bahwa inovasi sosial berbasis teknologi adalah kunci untuk menjawab tantangan nyata masyarakat, termasuk isu krusial seperti ketahanan pangan,” ujar Hery Susanto, Senior General Manager Social Responsibility Telkom.
Ia menambahkan bahwa Innovillage mendorong mahasiswa agar berpikir tidak hanya kreatif, tetapi juga solutif dan berdampak langsung.
Menurutnya, karya seperti Semerbak-IoT dan Egg Pasteurize menunjukkan bahwa talenta muda Indonesia mampu menghadirkan terobosan yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
Salah satu inovasi yang lahir dari Innovillage adalah Semerbak-IoT, alat pemantau cerdas berbasis Internet of Things (IoT) yang dirancang oleh tim mahasiswa Universitas Telkom.
Solusi ini membantu petani mengelola bibit padi kering secara lebih efisien melalui fitur pemantauan debit air, penyiraman otomatis, dan sensor lingkungan. Implementasi awal dilakukan di Kecamatan Bodeh, Pemalang, Jawa Tengah.
Dengan pemantauan real-time dan otomasi penyiraman, Semerbak-IoT memperkuat fase awal pertumbuhan padi yang selama ini bergantung pada prakiraan manual.
Inovasi ini diharapkan dapat menurunkan potensi gagal panen dan meningkatkan efisiensi produksi, khususnya di daerah dengan keterbatasan sumber daya pertanian.
Tim dari Universitas Islam Malang menawarkan solusi berbeda namun relevan: Photovoltaic Egg Pasteurize Electric Field. Teknologi ini adalah alat pasteurisasi telur berbasis kejut listrik yang menggunakan tenaga surya (photovoltaic) untuk memperpanjang umur simpan telur tanpa mengurangi kandungan nutrisinya.
“Maraknya problematika kerawanan bahan pangan dan stunting memotivasi kami untuk berkontribusi menyokong sektor ketahanan pangan Indonesia sesuai dengan tujuan pemerintah,” ujar Nizhamuddin Mufid Azzurri, perwakilan tim Egg Pasteurize.
Selain merancang perangkat, tim juga melakukan pelatihan kepada warga Desa Ganjaran agar alat ini bisa digunakan secara mandiri.
Pendekatan partisipatif ini menunjukkan bahwa teknologi yang berdampak harus disertai transfer pengetahuan yang berkelanjutan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 mencatat bahwa Indonesia masih mengimpor 2,8 juta ton beras, 2,5 juta ton gandum, dan 600 ribu ton gula. Sementara itu, distribusi pangan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, menyebabkan ketimpangan akses di wilayah lain.
Alih fungsi lahan yang mencapai 100.000 hektare per tahun, serta dampak perubahan iklim, semakin menekan sistem pangan nasional.
Pemerintah menargetkan swasembada pangan pada 2027, namun tantangan yang dihadapi sangat kompleks dan membutuhkan peran aktif semua pemangku kepentingan—termasuk industri, akademisi, masyarakat sipil, dan komunitas lokal.
Sebagai mitra pelaksana di lapangan, NGO Lokadesa berperan penting dalam memperkuat ekosistem Innovillage.
Dengan fokus pada pemberdayaan desa dan praktik pertanian berkelanjutan, Lokadesa ikut mendampingi proses implementasi inovasi agar benar-benar menjawab kebutuhan lokal.
“Harapan saya ke depan, program Innovillage dapat semakin meluas dan menjangkau lebih banyak kampus di seluruh Indonesia... Tidak hanya berhenti pada tahap awarding akhir tetapi juga melanjutkan dengan pendampingan jangka panjang, monitoring dampak, bahkan industrialisasi,” ungkap Noor Yahya, CEO Lokadesa sekaligus reviewer pitching pada isu ketahanan pangan.
Innovillage bukan sekadar ajang kompetisi teknologi untuk mahasiswa. Program ini membentuk ruang kolaborasi yang memungkinkan lahirnya inovasi digital berbasis kearifan lokal.
Sejak diluncurkan pada 2020, Innovillage telah mendukung pencapaian tiga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs): tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, dan konsumsi-produksi yang bertanggung jawab.
Inisiatif seperti Semerbak-IoT dan Egg Pasteurize menunjukkan bahwa teknologi yang dikembangkan secara inklusif dan kontekstual dapat menjadi kunci dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan adil.
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, mahasiswa tak hanya menjadi agen perubahan, tapi juga pionir solusi nyata bagi masa depan Indonesia.